Bermain AMD Ryzen 7 1800x dengan MSI X370 XPower Titanium: Begini Seharusnya Penerus Phenom!
6 min read
TeknoVue, Jakarta – Pada tahun 2000an awal, pertarungan antar prosesor kurang lebih sama panasnya dengan pertarungan antara Ahok melawan Anies saat ini. Kedua kubu melakukan sindiran halus kepada kubu lainnya mengenai kekurangan dari masing-masing prosesor. Intel masih bertarung dengan Pentium dan Intel Core 2 Duo, AMD bertahan dengan Athlon dan Phenom II. Kinerja keduanya secara rata-rata memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Dan persaingan seperti inilah yang seharusnya terjadi. Uniknya, sindiran-sindiran yang ada saat itu bukanlah fitnah, tetapi lebih kepada penjelasan dari feature-feature yang ada pada setiap prosesor.
“Bencana” pun terjadi setelah AMD mengeluarkan prosesor yang dijanjikan lebih baik dari Phenom II, yaitu saat core Bulldozer digunakan AMD secara luas. Bukannya memiliki kinerja yang lebih baik dari sang pendahulu, malahan Bulldozer tertatih-tatih saat harus bertarung dengan kakaknya sendiri dan sang penantang sejati, Intel. Tidak lagi bisa mengejar performa sang penantang membuat Intel pun enggan mengatakan bahwa AMD merupakan pesaingnya. Sang CEO AMD, Rory Read, harus mengatakan kepada publik pada tahun 2012 bahwa sebenarnya saat itu kinerja prosesor sudah cukup kencang sehingga era pertarungan kecepatan prosesor dikatakan sudah selesai.
Tahun 2014 merupakan awal kebangkitan dari AMD setelah beberapa tahun terpuruk dengan digantikannya Rory Read dengan Lisa Su. Di bawah “pemerintahan” Su, AMD memiliki strategi yang berujung pada digunakannya Accelerated Processing Unit (APU) mereka oleh Sony pada Playstation 4. Dan dengan masuknya Jim Keller kembali ke AMD sebagai designer prosesor pada tahun 2012, saat ini AMD kembali unjuk gigi dengan arsitektur terbarunya yang diberi nama Zen.
Ryzen
Arsitektur Zen sangat berbeda dengan arsitektur sebelumnya yang berbasis Bulldozer. Zen sendiri didesain berdasarkan desain sebuah system-on-chip, seperti Mediatek atau Snapdragon. Di dalam prosesor tersebut sudah terdapat kontroler PCIe, SATA, USB, dan lainnya. Hal ini memiliki keuntungan di mana bandwidth akan menjadi lebih lebar dan daya semakin rendah. Desain ini pula yang membuat Zen nantinya cocok untuk digunakan pada laptop sampai server.
Satu core Zen terdiri dari empat unit integer dan dua unit FPU 128 bit FMAC. Dan dengan masih mengadopsi sistem modul seperti Bulldozer, satu modul atau yang sekarang disebut CPU Complex (CCX) memiliki empat core Zen dan terhubung langsung dengan L3 Cache. Sebuah core Zen memiliki dua thread, sehingga sebuah prosesor Zen dengan 8 core akan memiliki 16 thread yang tergabung dalam dua modul.
Arsitektur Zen diproduksi dengan proses pabrikasi 14 nanometer FinFET pada pabrik GlobalFoundries, yang ternyata membuahkan hasil kinerja yang cukup dahsyat. Arsitektur terbaru dari AMD ini ternyata mampu mengejar ketertinggalan mereka dari Intel selama 6 generasi prosesor. Pada tahun 2017 ini, AMD memperlihatkan bahwa prosesor terkencang mereka mampu mengalahkan prosesor terkencang dari Intel yang juga menjadi yang termahal. Prosesor tersebut pun dinamakan Ryzen oleh AMD.
Kenapa bernama Ryzen dan bukan Zen? Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh AMD perihal kasus ini. Salah satunya adalah karena ASUS sudah memiliki hak cipta untuk penamaan Zen pada produk notebook dan smartphone mereka seperti ZenBook dan Zenfone. Logo dari Ryzen juga merupakan sebuah lingkaran enso yang menggambarkan kesempurnaan.
TeknoVue pun berkesempatan untuk menguji AMD Ryzen 7 1800X berkat bantuan dari PT. Alfa Artha Andaya, sang distributor motherboard MSI di Indonesia. MSI mengirimkan satu PC yang memiliki spesifikasi sebagai berikut :
- Prosesor AMD Ryzen 7 1800X
- Motherboard MSI X370 XPower Gaming Titanium
- Graphics Card RX480 GAMING X 4G
- RAM Corsair Vengeance LPX CMK16GX4M2B3600C18
- Storage SSD M.2 INTEL 256GB
- Power Supply BitFenix Fury 550 Watt
- HSF ThermalRight Silver Arrow IB-E
Halaman Selanjutnya: Motherboard MSI X370 XPower Gaming Titanium>>